Dongeng dan Fabel Singkat serta Hikmahnya
Seekor anak kambing yang sangat lincah telah ditinggalkan oleh penggembalanya di atas atap jerami kandang untuk menghindari anak kambing itu dari bahaya.
Anak kambing itu mencari rumput di pinggir atap, dan saat itu dia melihat seekor serigala dan memandang serigala itu dengan raut muka yang penuh dengan ejekan dan dengan perasaan yang penuh kemenangan.
Dia mulai mengejek serigala tersebut, walaupun pada saat itu dia tidak ingin mengejek sang Serigala, karena dia merasa serigala tersebut tidak akan dapat naik ke atas atap dan menangkapnya, hingga timbullah keberaniannya untuk mengejek.
Kemudian serigala itupun menatap anak kambing itu dari bawah, dan berkata “Saya mendengarmu,” kata sang Serigala, “dan saya tidak mendendam pada apa yang kamu katakan atau kamu lakukan ketika kamu diatas sana, karena itu adalah atap yang berbicara dan bukan kamu.”
(oleh: Aesop)
Janganlah kamu mengejek ataupun mengatakan sesuatu yang buruk dan kasar kepada siapapun dalam kondisi apapun
Anak Laki-laki dan Setoples Kacang
Seorang anak laki-laki diijinkan oleh ibunya untuk memasukkan tangannya ke dalam sebuah toples dan mengambil kacang yang ada di dalamnya. Dan anak laki-laki itupun kemudian memasukkan tangannya ke dalam toples untuk mengambil kacang.
Tetapi karena anak laki-laki itu mengambil kacang tersebut dengan genggaman yang sangat besar, dia kesusahan menarik tangannya keluar. Disana dia memutuskan untuk berdiri terus dan tidak rela untuk melepaskan sebiji kacangpun dari genggamannya karena dia ingin mengambil kacang yang banyak.
Karena rasa penasaran dan kecewa dia mulai menangis.
“Putraku,” kata ibunya ,”Ambillah kacang tersebut setengah genggam saja, sehingga kamu akan lebih mudah mengeluarkan tanganmu dari toples tersebut, dan mungkin kamu akan bisa memiliki lebih banyak kacang lagi jika kamu mengambilnya berulang-ulang.”
(oleh: Aesop)
Jangan serakah dan tamak terhadap apapun. Karena serakah dan tamak hanya akan membinasakan diri sendiri
Anak Penggembala dan Serigala
Seorang anak gembala selalu menggembalakan domba milik tuannya di dekat sebuah hutan gelap yang tidak jauh dari kampungnya. Karena mulai merasa bosan tinggal di daerah peternakan, dia selalu menghibur dirinya sendiri dengan cara bermain-main dengan anjingnya dan memainkan serulingnya.
Suatu hari ketika dia menggembalakan dombanya di dekat hutan, dia mulai berpikir apa yang harus dilakukannya apabila dia melihat serigala, dia merasa terhibur dengan memikirkan berbagai macam rencana.
Tuannya pernah berkata bahwa apabila dia melihat serigala menyerang kawanan dombanya, dia harus berteriak memanggil bantuan, dan orang-orang sekampung akan datang membantunya. Anak gembala itu berpikir bahwa akan terasa lucu apabila dia pura-pura melihat serigala dan berteriak memanggil orang sekampungnya datang untuk membantunya.
Benarlah, anak gembala itu kemudian, walaupun tidak melihat seekor serigala pun, dia berpura-pura lari ke arah kampungnya dan berteriak sekeras-kerasnya, “Serigala, serigala!”
Seperti yang dia duga, orang-orang kampung yang mendengarnya berteriak, cepat-cepat meninggalkan pekerjaan mereka dan berlari ke arah anak gembala tersebut untuk membantunya. Tetapi yang mereka temukan adalah anak gembala yang tertawa terbahak-bahak karena berhasil menipu orang-orang sekampung.
Beberapa hari kemudian, anak gembala itu kembali berteriak, “Serigala! serigala!”, kembali orang-orang kampung yang berlari datang untuk menolongnya, hanya menemukan anak gembala yang tertawa terbahak-bahak kembali.
Pada suatu sore ketika matahari mulai terbenam, seekor serigala benar-benar datang dan menyambar domba yang digembalakan oleh anak gembala tersebut.
Dalam ketakutannya, anak gembala itu berlari ke arah kampung dan berteriak, “Serigala! serigala!” Tetapi walaupun orang-orang sekampung mendengarnya berteriak, mereka tidak datang untuk membantunya. “Dia tidak akan bisa menipu kita lagi,” kata mereka.
Serigala itu akhirnya berhasil menerkam dan memakan banyak domba yang digembalakan oleh sang anak gembala, lalu berlari masuk ke dalam hutan kembali.
(oleh: Aesop)
Selalulah berkata jujur, karena pembohong tidak akan pernah dipercayai lagi, walaupun saat itu mereka berkata benar.
Anjing dan Bayangannya
Seekor anjing yang mendapatkan sebuah tulang dari seseorang, berlari-lari pulang ke rumahnya secepat mungkin dengan senang hati. Ketika dia melewati sebuah jembatan yang sangat kecil, dia menunduk ke bawah dan melihat bayangan dirinya terpantul dari air di bawah jembatan itu.
Anjing yang serakah ini mengira dirinya melihat seekor anjing lain membawa sebuah tulang yang lebih besar dari miliknya. Bila saja dia berhenti untuk berpikir, dia akan tahu bahwa itu hanyalah bayangannya. Tetapi anjing itu tidak berpikir apa-apa dan malah menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke dalam sungai.
Anjing serakah tersebut akhirnya dengan susah payah berenang menuju ke tepi sungai. Saat dia selamat tiba di tepi sungai, dia hanya bisa berdiri termenung dan sedih karena tulang yang di bawanya malah hilang, dia kemudian menyesali apa yang terjadi dan menyadari betapa bodohnya dirinya.
(oleh: Aesop)
Sangatlah bodoh memiliki sifat yang serakah dan tidak merasa cukup dengan apa yang dipunya
Ayam Yang Berkelahi dan Burung Elang
Di suatu daerah pertanian, hiduplah dua ekor ayam jantan yang saling bermusuhan dan sering berkelahi antara keduanya. Pada suatu hari, mereka memulai pertengkaran dan kembali berkelahi, saling mematuk dan mencakar. Mereka berkelahi terus hingga salah satunya di kalahkan dan lari menjauh ke sudut untuk bersembunyi.
Ayam jantan yang memenangkan perkelahian itu dengan bangganya terbang ke atas atap kandang, dan mengkepak-kepakkan sayapnya, berkokok dengan sangat bangga dan kerasnya seolah-olah dia ingin memberi tahukan ke seluruh dunia tentang kemenangannya.
Tetapi saat itu seekor burung elang yang terbang di udara mendengar dan akhirnya melihat ayam tersebut di atas atap. Burung elang tersebut akhirnya turun dan menyambar dan menerkam ayam jantan yang jadi pemenang tadi untuk dibawa ke sarangnya.
Ayam yang satunya yang tadinya dikalahkan, melihat seluruh kejadian itu dan keluar dari tempat persembunyiannya dan mengambil tempat sebagai pemenang di perkelahian tadi.
(oleh: Aesop)
Jangan sombong karena rasa sombong hanya akan menyebabkan kejatuhan
Burung Elang dan Burung Gagak
Seekor burung Elang, dengan kekuatan sayapnya menyambar seekor anak domba dengan kukunya dan membawanya pergi jauh ke angkasa, seekor burung gagak melihat kejadian itu, dan terbayang dibenaknya sebuah gagasan bahwa dia mempunyai kekuatan untuk melakukan hal yang sama dengan burung elang tersebut.
Kemudian, dengan membuka sayapnya lebar-lebar burung gagak itu terbang ke udara dengan galaknya, dia meluncur kebawah dan dengan cepat menghamtam bagian punggung seekor domba, tetapi ketika dia mencoba untuk terbang kembali dia baru sadar kalau dia tidak bisa mengangkat domba tersebut dan dia tidak dapat terbang lagi karena kukunya telah terjerat pada bulu domba.
Walaupun dia mencoba untuk melepaskan dirinya, jeratan itu terlalu sulit untuk dilepaskan sehingga dia merasa putus asa dan tetap tinggal di atas punggung domba tersebut.
Seorang pengembala yang melihat burung gagak itu mengibas-ngibaskan sayapnya berusaha melepaskan diri, pengembala itu menyadari apa yang telah terjadi, pengembala itupun berlari dan segera menangkap burung itu, mengikat dan mengurung burung gagak tersebut, setelah menjelang sore dia memberikan burung gagak itu kepada anak-anaknya di rumah untuk bermain.
“Betapa lucunya burung ini!” kata mereka sambil tertawa, “ini disebut burung apa ayah?” tanya anak-anak itu.
“itu burung gagak, anakku. Tetapi jika kamu bertanya kepadanya, dia akan menjawab bahwa dia adalah dia seekor burung elang.” jawab ayahnya.
(oleh: Aesop)
Rasa sombong dan percaya diri yang terlalu tinggi hanya akan membuat kamu lupa diri akan kemampuanmu yang sebenarnya
Burung Gagak dan Sebuah Kendi
Pada suatu musim yang sangat kering, dimana saat itu burung-burungpun sangat sulit mendapatkan sedikit air untuk diminum. Seekor burung gagak pun menemukan sebuah kendi yang berisikan sedikit air. Tetapi kendi tersebut merupakan sebuah kendi tinggi dengan leher kendi yang sempit.
Bagaimanapun burung gagak tersebut berusaha untuk mencoba meminum air yang berada dalam kendi. Namun dia tetap tidak dapat mencapainya. Burung gagak tersebut hampir merasa putus asa dan merasa akan meninggal karena kehausan.
Kemudian tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya. Dia lalu mengambil kerikil yang ada di samping kendi, kemudian menjatuhkannya ke dalam kendi satu persatu. Setiap kali burung gagak itu memasukkan kerikil ke dalam kendi, permukaan air dalam kendipun berangsur-angsur naik dan bertambah tinggi hingga akhirnya air tersebut dapat di capai oleh sang burung Gagak.
(oleh: Aesop)
Walaupun sedikit, pengetahuan bisa menolong diri kita pada saat yang tepat.