Permainan Kata dengan Possibility yang Sama
Apa yang kalian pikirkan tentang itu? Disana diberikan opsi dua pilihan yaitu: Fakta atau Mitos? Maksudnya jika statement itu benar, maka katakanlah fakta. Tapi jika keliru, maka katakanlah mitos. Simpel kan?
Lalu apa yang hendak saya bahas disini?
Ok, coba perhatikan kalimatnya: “Seorang istri bisa membela suaminya didepan orang tuanya, tapi seorang suami belum tentu bisa membela istrinya didepan orang tuanya“. Kata “bisa” pada awal kalimat itu bersifat MUTLAK (pasti bisa dan tidak ada yang tidak bisa) hingga mendiskreditkan pihak yang lainnya. Jika kalimat ini dibalik akan menghasilkan possibility yang sama. Maksudnya, antara istri dan suami itu mempunyai kemungkinan yang sama untuk bisa membela ataupun tidak bisa membela pasangannya didepan orang tuanya.
Sebelum lebih jauh, kupasan ini saya berikan batasan dulu bahwa maksud dari “didepan orang tua” adalah: terhadap orang tua. Contohnya jika istri berantem dengan ibu suami, maka apakah suami akan membela istrinya terhadap ibunya sendiri? Karena maksud lain bisa jadi arti dari “didepan orang tua” adalah membela istri ketika ada masalah dengan orang lain dihadapan orang tuanya (masalah bukan dengan orang tuanya). Pasti tidak cocok sekali dengan maksud statement meme itu ya.
Setelah tahu dengan maksud saya tentang possibility yang sama dan konteks artikel ini, maka coba kalian perhatikan lagi gambar dibawah ini:
Bagaimana? Jadi bingung atau sudah kentara bahwa ini hanyalah permainan kata-kata terhadap sesuatu hal yang wajar? Ya, sekian banyaknya pasangan antara suami dan istri pasti punya kemungkinan keduanya: BISA atau TIDAK BISA. Tapi, karena dalam kalimat itu dibuat mutlak bisa dan belum tentu bisa untuk pihak lainnya menjadikannya sebuah ketidak realita-an sehingga penting dibahas agar tidak menyesatkan. Selain itu, ada banyak hal yang menyebabkan kenapa pilihan (untuk bisa atau tidak) itu bisa berbeda-beda antara satu pasangan dengan pasangan lainnya, diantaranya:
1. Suami atau Istri yang Nusyuz (Durhaka)
Suami sebagai anak yang Durhaka pada orang tua pasti akan membela istrinya yang SALAH didepan mereka. Contoh kasus: Istri yang tidak menghormati orang tua suami (mertuanya). Saat suami melihat orang tuanya yang sedang adu mulut dengan istrinya, kemudian dia (suami) membela istrinya. Padahal istrinya telah menyakiti hati ibunya. Pasti terbayang kan? Bagaimana perasaan orang tuanya waktu itu?
Seperti itukah yang diinginkan oleh statement dari gambar itu? Bela istri mati-matian tidak penting dia salah ataupun benar. Sebab dengan santai banyak yang mengatakan bahwa statement itu FAKTA dan mereka yang memilih itu adalah kebanyakan dari para Istri! Na’udzubillah, Apa pantas kalian menginginkan agar suami kalian durhaka pada orang tuanya? Padahal kalian dianjurkan untuk mendukung suami agar taat pada ibunya.
2. Mertua yang tidak baik
Pada bagian ini, kita bisa memakai statement itu dan disini juga kita bisa memilih membela atau tidak tergantung pada kondisi masing-masingnya. Satu hal yang perlu diingat bahwa statement yang dipakai bukan hanya dari gambar 1 diatas, tapi dari kedua gambar (gambar2) yang telah saya balik sebelumnya karena disinilah letaknya arti dari “possibility yang sama” atau kemungkinan yang sama antara istri dan suami.
Contoh:
Mertua yang selalu ikut campur urusan keluarga anaknya bahkan ikut mengatur-atur menantunya. Apakah pantas seorang anak “marah” (dalam tanda kutip ya) pada orang tuanya atau membela pasangannya saat tidak mau diatur oleh orang tuanya?
Pantas sekali! Bahkan kebanyakan yang paling keras dalam membela hak istri itu didepan orang tua jika hal seperti ini terjadi adalah suami sendiri. Tapi sudah tentu membela pasangan terhadap orang tua ada cara dan etika-nya yang harus dijaga. Karena bagaimanapun mereka tetap orang tua kita dan pintu syurga bagi sang suami.
Lalu bagaimana dengan istri? Apakah dia sanggup membela suami jika orang tuanya ikut campur dalam rumah tangganya? Nah, dari banyak cerita yang pernah saya dapati dan dari pengalaman orang-orang yang pernah saya dengar dan baca bahwa justru seorang istri lebih susah membela suami bahkan membela rumah tangganya jika orang tuanya ikut andil dalam rumah tangganya. Jangankan orang tua, diatur temanpun, kadang g bisa ia tolak.
Boro-boro dia membela rumah tangganya, yang ada dia (istri) malah menyokong andil orang tuanya bahkan temannya tadi.
So? Disini saya tidak menitikberatkan tentang siapa yang bisa dan siapa yang tidak bisa. Tapi, saya hanya menggambarkan bahwa antara istri dan suami itu memiliki kemungkinan yang sama untuk BISA atau TIDAK BISA membela pasangannya didepan orang tuanya.
Ceritnaya seperti ini:
Ada orang tua yang menyarankan agar anak perempuannya (istri) untuk menyisihkan uang suaminya bagaimanapun caranya (kasarnya: mencuri kek, korupsi uang belanja harian kek, dll). Hal itu disarankan orang tuanya karena anaknya selalu mengeluh kalau ia hanya diberi belanja sedikit dan belum bisa memberi uang pada orang tuanya.
Lalu apakah istri (anaknya) itu “marah” pada orang tuanya? Tidak! Dia justru mendukungnya lalu melaksanakan apa kata orang tuanya. Hingga suatu waktu, suaminya mengalami kesulitan keuangan dan mengacaukan usahanya. Singkat cerita, orang tua istrinya menyuruh agar minta cerai saja dan merekapun cerai.
Kadang ada juga laki-laki sebagai seorang suami, mereka telah mati-matian membela istrinya dengan segala bentuk perjuangan agar selalu hidup lebih baik. Bahkan tak jarang juga bagi mereka perantau yang lupa kalau mereka memiliki seorang yang uzur (orang tua) di kampung sana karena telah sibuk dengan rumah tangga, istri dan anak-anaknya.
Sementara seorang istri kerap tak menghargai perjuangan itu dengan keinginan selalu ingin pulang berpisah dengan suaminya saking rindunya dengan orang tuanya.
Jadi, siapakah kira-kira yang punya possibility yang lebih besar untuk bisa melawan keinginan orang tuanya? Laki-laki sebagai suami kah atau perempuan sebagai istri kah? Jawabnya: Tidak perlu disebut kan? Mereka yang sangat sayang dengan orang tua mereka bahkan melebihi sayang mereka pada keluarganya, itulah ia.
Wallahu’alam
Semua penggalan kisah dan cerita diatas saya susun sesuai realita dan fenomena yang pernah saya jumpai. Baik secara langsung maupun tidak langsung.