Sejarah Umar Bin Khattab
Di masa kenabian, orang terbaik pertama dalam Islam adalah Abu Bakar As-Siddiq, kemudian, yang kedua adalah Umar bin Khattab. Nabi Muhammad pernah bersabda: “Ikutilah orang-orang sesudahku dari para sahabatku, yaitu Abu Bakar dan Umar.” Dalam uraian “Umar bin Khattab: Potret Keteladanan Sang Pemimpin Umat”, Marwa menuliskan bahwa nama lengkapnya adalah Umar bin Al-Khattab bin Nufail bin Abdil Uzza bin Riyaah Al-Quraisy. Umar memiliki watak yang tegas dan berpendirian teguh. Sebelum masuk Islam, ia amat membenci dakwah Muhammad SAW. Umar bin Khattab kerap kali mengganggu dan menyiksa orang-orang yang masuk Islam di awal masa-masa kenabian. Kendati demikian, Rasulullah SAW menaruh simpati kepadanya. Hal ini dikarenakan pengaruh dan keberanian Umar.
Nabi Muhammad SAW merasa kalau Umar masuk Islam, maka ia akan membawa kebaikan dan kemajuan dalam dakwah risalah Allah SWT. Suatu waktu, Nabi Muhammad SAW bahkan berdoa: “Ya Allah, muliakan Islam dengan salah satu dari dua orang yang Engkau cintai yaitu Abu jahal bin Hisyam atau Umar bin Khattab,” (H.R. Ibnu Hibban). Menjawab doa nabi, Allah SWT meluluhkan hati Umar bin Khattab, ia pun masuk Islam ketika mendengar lantunan ayat suci Alquran yang dibaca saudarinya, Fatimah binti Khattab. Berbeda dengan orang-orang yang menjawab dakwah nabi kala itu, Umar bin Khattab tak pernah menyembunyikan keislamannya. Jika sahabat-sahabat lain khawatir dengan keselamatan mereka karena kekuatan Islam masih amat lemah, Umar dengan lantang mendatangi gerombolan kaum kafir Quraisy. Ia mengumumkan bahwa ia mendukung dan mengikuti ajaran Islam. Beberapa kali, ketika Umar menyampaikan ke banyak orang bahwa ia masuk Islam, orang-orang kafir Quraisy lantas mengeroyoknya.
Namun, karena kekuatan dan keperkasaannya, tak ada yang bisa mengalahkan Umar bin Khattab. Demikian juga ketika umat Islam akan berhijrah ke Yatsrib atau Madinah, kala itu kaum muslim berangkat sembunyi-sembunyi, bahkan rumah Rasulullah SAW dikepung. Orang-orang kafir Quraisy bermaksud membunuh Nabi Muhammad SAW. Berbeda dengan Umar.
Sebagai perpisahan dengan Makkah, ia membawa pedang, menyelempangkan busur, dan menggengam anak-anak panahnya. Ia menghadap Ka’bah dan melakukan tawaf sebanyak tujuh putaran, serta mendirikan salat di makam Ibrahim. Usai itu, ia mendatangi segerombolan kaum kafir Quraisy, lalu berkata, “Aku akan berhijrah ke Madinah, melaksanakan perintah Rasulullah. Barang siapa yang ingin diratapi ibunya, ingin anaknya menjadi yatim, atau istrinya menjadi janda, hendaklah ia menemuiku di balik lembah ini.” Namun, tak seorang pun berani dan menjawab tantangan Umar. Karena keberaniannya itulah, sampai-sampai sahabat Abdullah bin Mas’ud berkata: “Kami senantiasa menjadi mulia semenjak Islamnya Umar. Aku memandang, tidaklah kami dapat salat di Baitullah [Ka’bah], kecuali setelah Islamnya Umar.
Setelah Umar masuk Islam, ia menghalau kaum musyrikin [orang-orang kafir], hingga mereka membiarkan kami mengerjakan salat.” Di keluarganya, sejak masa jahiliah dan Islam, Umar memiliki tujuh istri yaitu Zainab binti Mathghun, Mulaikah binti Jarwal, Ummu Hakim binti Al-Harits, Atikah binti Zaid, Ummu Kultsum binti Ali bin Abi Thalib, Jamilah binti Ashim, dan Qaribah binti Abi Umayyah Dari istri-istrinya itu, Umar memiliki 13 anak, terdiri dari sembilan anak laki-laki dan empat anak perempuan, salah satunya adalah Hafsah binti Umar yang merupakan salah satu istri Nabi Muhammad SAW.
Muhammad Husain Haekal dalam Biografi Umar bin Khattab (2002) menuliskan perawakan Umar berkulit coklat. Ketika ia dewasa, kepalanya menjadi botak di bagian tengah dan ada rambut di sekitar kepalanya. Tubuh Umar tinggi dan besar. Dadanya lebar dan suaranya amat lantang.
Menjadi Khalifah Kedua di Kekhalifahan Rasyidin
Suatu waktu, ketika Abu Bakar As-Siddiq menderita sakit, ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat. Abu Bakar berwasiat dengan men unjuk Umar sebagai penggantinya. Setelah Abu Bakar As-Siddiq meninggal dunia pada 13 H (634 M). Umat Islam lantas mengangkat Umar bin Khattab menjadi khalifah kedua dalam Kekhalifahan Rasyidin. Umar bin Khattab memimpin Islam sekitar 10 tahun dari 13-23 H (634-644 M). Di masa kepemimpinannya itu, terdapat banyak sekali kemajuan pesat dalam Islam. Umar merapikan dan mengefisienkan kerja-kerja pemerintahan, sistem politik, dan administrasi negara.
Untuk memudahkan kinerja pemerintahannya, ia membagi wilayah Islam menjadi delapan provinsi, serta membentuk departemen-departemen (diwan) tertentu untuk mengurus kerja-kerja yang berhubungan dengan kesejahteraan rakyat. Dari departemen-departemen tersebut, perintah dari pusat ke daerah-daerah disalurkan. Ada juga sistem audit dan peloporan kinerja penguasa daerah kepada khalifah. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban negara, Umar membentuk jawatan kepolisian, jawatan pekerjaan umum, baitul mal, dan lain sebagainya. Di masa Umar bin Khattab juga, ekspansi Islam dijangkau dengan amat luas. Berbagai penaklukan dilakukan.
Umar juga menyebarkan dakwah-dakwah Islam hingga mencapai kekuasaan Bizantium. Ekspansi bahkan sampai ke Iran, Suriah, hingga Mesir. Berkat pengaruh dan keberhasilan Umar bin Khattab, Michael H. Hart menobatkan Umar sebagai tokoh ke-51 dari orang-orang yang paling berpengaruh sepanjang masa dalam bukunya Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah (1982). Setelah 10 tahun memerintah, Umar bin Khattab meninggal dibunuh Abu Lu’luah, budak Persia dari Mughirah bin Syu’bah. Saat itu, Umar baru saja akan mengimami salat subuh, Abu Lu’luah yang bersembunyi di tempat gelap lantas menyerangnya dengan tombak.
Setelah menusuk Umar, ia juga menyarangkan tombaknya ke saf bagian depan, serta menyerang dengan membabi buta. Enam sahabat meninggal dunia dan tujuh lainnya luka-luka. Setelah dibawa ke rumahnya dengan kondisi luka parah, Umar bin Khattab mengembuskan napas terakhirnya. Sebelum meninggal, Umar menunjuk sebuah panitia, terdiri dari enam orang untuk memilih pengganti khalifah Islam selanjutnya.
[Sumber: Tirto.id]
Tipe: Halaman Ukuran File Download |
: .docx (Word 2010) : 3 : 16Kb : Google Drive |