Pandangan Barat Tentang Habib Rizieq dan FPI
Bagaimana pandangan Barat terhadap Habib Rizieq dan FPI? Tulisan ini saya rangkum dari beberapa sumber media barat tentang bagaimana cara mereka memandang dan “menganggap” eksistensi atau keberadaan FPI dan Habib Rizieq di Indonesia.
Sehubungan dengan tragedi meninggalnya 6 orang pengawal ataupun anggota FPI saat konvoy pengajian internal beberapa waktu silam, banyak media barat internasional ikut menyajikan berita tersebut dengan membabi buta. Sisi positif dari itu semua adalah, kita jadi tahu seperti apa pandangan jurnalis internasional umumnya terhadap FPI dan Habib Rizieq sendiri.
Disini akan saya berikan beberapa cuplikan dan potongan dari berita-berita yang ada didunia barat sana dan sudah tentu beserta linknya agar lebih meyakinkan kebenaran akan berita itu.
1. The New York Times
Siapapun yang punya pengetahuan jauh keluar sana, pasti tidak asing lagi dengan satu media ini. Disana saya capture satu tulisan dari Richard C. Paddock. Disana dia telah mengeluarkan 2 tulisan tentang Habib Rizieq dan FPI:
Disini saya hanya akan menekankan kata-kata keras, ekstrim, dan terkesan “pemberontak”. Dari sini juga saya paham. Bahwa barat sana membuat berita hanya atas dasar informasi yang tidak akurat dan lengkap. Jika bahasa kitanya adalah “seenak jidat”.
Jika kita baca seluruh beritanya maka akan kita dapati sebuah berita yang buta yang mengambil informasi dari satu sisi saja. dan terkesan buru-buru dan membabi buta.
Itu sama halnya dengan menemukan 2 orang dengan satu orang yang telah terbunuh, kemudian seseorang bertanya pada 1 orang lainnya yang masih hidup. “Kenapa dia mati?” banyak pelaku akan berkata: “Saya tidak tau, sampai disini, dia juga sudah mati” atau jika ada indikasi dia sebagai pembunuh maka dia juga bisa berkata: “Dia mencoba membunuhku, maka diapun aku bunuh terlebih dulu” dan alasan ini adalah lebih aman. Bahkan untuk lebih meyakinkan, jika pelaku punya 2 senjata, maka dia juga bisa meletakkan 1 senjatanya pada korban seakan itu adalah senjata korbannya.
Sekali lagi ini bukanlah bentuk pengajaran melainkan sebuah ajakan untuk memahami suatu perkara apalagi yang bersangkut paut dengan perkara kebaikan dan kejahatan yang mutlak.
Kita pasti bisa berfikir secara spontan saat seekor rusa tergeletak mati didepan seekor harimau dan beranggapan bahwa itu wajar dan hanya orang-orang yang berpola pikir “aneh” yang bisa memahami hal itu dengan berpikir bahwa rusa itu menyerang harimau, lalu harimau membela diri dan membunuhnya.
Ok, kembali pada topik tentang bagaimana orang-orang yang “hanya tau secuil” itu menjelaskan sesuatu yang ia tidak ketahui pasti.
Garis bawahi kata-kata “hard-line” pada judul artikelnya. Kata itu cukup untuk mengartikan bahwa dia menganggap Habib Rizieq dan FPI adalah Islam garis keras. Ya, memang sebagian muslimpun anggap bahwa Islam yang bermanuver cepat dan aktif dalam perjuangan dinamakan dengan garis keras. Padahal garis keras itu sudah identik dengan suatu pembangkangan, keras kepala dan memberontak.
Islam yang murni itu keras tapi lembut. Itu tergantung dari kondisi dan keadaannya. Bahkan dalam dalilpun ada mengatakan bahwa kelak akan datang suatu kaum yang mereka lunak terhadap sesama muslim dan keras terhadap orang kafir.
Kenapa Islam “fleksibel” seperti itu? Karena dalam Islam itu ada namanya amar ma’ruf nahi mungkar (menyuruh pada yang benar dan melarang kemungkaran) dan hadist lain mengatakan bahwa sebaik-baik muslim itu adalah yang kuat dan keras dalam mencegah kemungkaran dengan kekuatan, kekuasaan, perkataan ataupun jika tidak sanggup, bisa hanya dengan doa dalam hati dan itulah selemah-lemahnya iman.
Jika seorang muslim yang baik bertindak, menjadi keras, itu dikarenakan karena adanya sesuatu yang salah yang harus diperbaiki ataupun ada sesuatu kebenaran yang harus ditegakkan. Jika tidak ada, maka seorang muslim pasti hanya akan berfokus pada ibadah saja.
Namun hal itu dijadikan sebagai sebuah fitnah oleh ahli-ahli barat untuk menghancurkan Islam itu sendiri. Dibuatkanlah kelompok-kelompok dengan penampakan Islam untuk membuat kekacauan dan pembantaian, dibuatkanlah drama-drama teror dan penghancuran oleh “Muslim-muslim” buatan mereka dan tragisnya yang dihancurkan, yang dibantai oleh buatan mereka itu adalah Muslim sendiri.
Tidak sedikit manusia yang termakan oleh propaganda dan drama-drama itu, sehingga bahkan membuat orang-orang phobia dan takut terhadap Islam. Apa mereka tidak lihat bagaimana Islam membantu perjuangan, bencana-bencana dan lain-lainnya. Serta bagaimana Islam itu tertindas dinegeri-negeri minoritas?
2. VOA
Persis dengan berita sebelumnya dengan judul yang hampir sama. Merasa bahwa semua berita yang ada di Barat tentang tragedi ini adalah hasil copy paste sesama mereka yang bersumber dari media indonesia.
Sayangnya adalah tidak ada media yang lebih fleksibel memaparkan keterangan dari sisi korban sehingga membuat informasinya terkesan berantai dan membabi buta.
Masih banyak sebenarnya media Barat yang menulis dengan bahasan yang sama, isi yang sama dan tanggapan yang sama yang semua itu menjurus pada pikiran bahwa FPI dan Habib Rizieq itu adalah kelompok Islam garis keras yang sudah pantas untuk dihabisi. Na’udzubillah. Sungguh tidak seperti demikian.
Mungkin disana ada yang menginginkan FPI hancur, padahal siapa tau saat dia masih berumur tahunan, FPI-lah yang membantu mereka saat tsunami, saat bencana dan kesusahan lainnya. Namun saat mereka dewasa, mereka ingin orang yang menolongnya hancur. Saat orang-orang yang suka menolong itu hancur, maka siapa lagi yang akan menolong mereka selain dengan “membudakkan” diri agar ditolong oleh orang-orang jahat.
6 jiwa, 100 jiwa bahkan berjuta jiwa pun akan dikorbankan demi tercapainya sebuah tujuan. Hal ini mirip dengan sebuah protokol “setan” yang dulu pernah saya baca.
Demikianlah bahasan ini. Tidak lebih adalah untuk mengajak kita berfikir lebih waras dan objetif. Saya adalah Muslim dan selama saya belajar, tidak ada satupun ayat tentang kekerasan, pemberontakan, apalagi hingga membunuh seenak kata (selain dalam perperangan).