Merantau (True Story)
…
Kulihat matanya bercahaya, tanda ada sesuatu yang berlinang didalamnya. Dalam hati aku berkata: “Ayah, aku akan pulang, kelak seperti apa yang engkau inginkan…”. Aku sudah tak sanggup lagi memandangi wajahnya, berpaling, terus memasuki kendaraan yang dari tadi telah terparkir di halaman.
Brrumm.. Suara mobil yang kutumpangi tiba-tiba menyala, siap untuk berangkat ke suatu tempat, dimana di sana aku akan pergi mencari hidup dan jati diri. Sebelum roda-roda mobil ini berputar, aku ingin sekali lagi melihat wajah orang tuaku… Aku tengadahkan muka, lalu aku dengar dia berkata: “hati-hati” dengan penuh suka cita, seraya dia mulai menjauh, jauh dan jauh… Sedang aku hanya bisa membalasnya dengan senyum yang memegang sebuah harapan. Dalam hati aku selalu berkata “Sabarlah Ayah, suatu saat nanti, aku akan membahagiakanmu…”
Huff…
Aku merasakan mataku mulai berat, bukan karena ingin tidur, tapi karena air mata yang sudah sejak tadi menggenanginya. Aku sengaja membiarkannya tidak mengalir. Yah.. setidaknya dengan cara itu, aku senang dan puas, telah bisa membuat Ayahku yakin kalau aku adalah seorang anak yang tegar, yang tak akan mudah patah di dunia sana. Dunia yang jauh dari kasih sayangnya. Dunia yang dimana cuma ada aku dan hidupku.
…
Sekian – The End